Myanmar adalah salah satu negara favorit di Asia Tenggara dengan pesonanya yang masih cenderung misterius dan belum banyak terjamah. Dengan mayoritas penduduknya yang beragama Budha, Yangon, ibu kota Myanmar, juga menjadi rumah bagi Pagoda Shwedagon yang usianya sudah mencapai 2.500 tahun dan memiliki banyak relief tua dari era keemasan agama Budha, salah satunya delapan helai rambut Siddharta Gautama.
Pagoda Shwedagon yang dalam bahasa Burma bernama Shwedagon Zedi Daw ini terletak di bukit Singuttara, di sebelah barat Danau Kandawgyi. Shwedagon yang beberapa bagian bangunannya dilapisi dengan emas ini merupakan pusat kegiatan keagamaan sekaligus sosial masyarakat Yangon dan Myanmar, seperti para relawan dan biksu yang membersihkan patung-patung, sembahan sesajian, hingga ritual ibadah dan meditasi.
Sejarah Pagoda Shwedagon
Berdasarkan keterangan sejarawan dan arkeolog, Pagoda Shwedagon dibangun oleh orang Mon sekitar abad ke-6 sampai abad ke 10 SM. Sementara cerita dari tradisi mempercayai bahwa Taphussa dan Bhallika, dua pedagang dari Bukit Singuttara, bertemu dengan Gautama dan mendapat delapan helai rambutnya. Lalu mereka kembali dan dibantu oleh Raja Okkalapa menyimpan helai rambut tersebut di bukit, di mana terjadi keajaiban seperti orang yang sakit menjadi sehat dan pepohonan berbuah lebat.
Pagoda Shwedagon sempat runtuh sampai Raja Binnya U membangunnya kembali setinggi 18 meter di abad 14. Sebelumnya, Pagoda Shwedagon tercatat hanya setinggi 8.2 meter. Kemudian Ratu Binnya Thau membangunnya lagi hingga setinggi 40 meter seabad kemudian. Ia juga menambahkan teras dan menunjuk beberapa budak untuk merawat area dan bangunan Shwedagon. Tempat ini mulai menjadi pusat ibadah penganut Budha paling terkenal di Burma sejak awal abad ke 16.
Beberapa kali gempa bumi menyebabkan kerusakan pada Shwedagon hingga yang terparah di tahun 1768 menjatuhkan stupa puncak. Karena ini, Raja Hsinbyushin membangunnya kembali hingga tingginya mencapai 99 meter. Gempa bumi pada Oktober 1970 menggeser posisi beberapa stupa namun tidak menimbulkan kerusakan besar dan perbaikan dapat segera dilakukan.
Arsitektur Pagoda Shwedagon
Saat ini Pagoda Shwedagon berdiri setinggi kurang lebih 110 meter. Bangunannya juga dilapisi dengan pelat emas dan stupanya memiliki 4.531 berlian dengan berlian terbesar 72 karat (15 gram) juga 2.317 batu rubi. Stupanya terdiri atas tiga bagian yakni menara, kubah, dan dasar.
Sementara bila dilihat dari atas, secara lengkap Pagoda Shwedagon memiliki:
- Empat pagoda kecil yang berlokasi di tengah keempat sisi terluar bangunan
- 64 pagoda yang mengelilingi bagian dasar bangunan
- Pha Nut Taw yang mengitari bangunan
- Teras
- Dasar segi delapan
Bagian dasar stupa dibangun dengan batu bata berlapis pelat emas. Kemudian di atasnya terdapat teras yang hanya dapat diakses biksu dan laki-laki. Kemudian bagian stupa yang bangunannya berbentuk seperti lonceng. Bagian yang tampak keemasan dan dipelat emas, benar-benar terbuat dari emas yang merupakan sumbangan dari masyarakat juga pemerintah monarki sepanjang sejarah Myanmar. Kebiasaan ini diteruskan sejak dimulai oleh Ratu Binnya Thau di abad 15.
Terdapat empat pintu masuk yang masing-masing memiliki sepasang patung singa di depannya. Di pintu masuk sebelah timur dan selatan terdapat banyak penjual berbagai benda berkaitan dengan Shwedagon.
Festival di Pagoda Shwedagon
Selain menikmati pesona arsitektur dan sejarah yang tersedia di Pagoda Shwedagon bagi pecinta bangunan bersejarah, tempat ini juga merupakan pusat bagi wisatawan untuk bisa melihat beragam ritual agama Budha di Myanmar juga kegiatan masyarakat setempat. Beragam festival selalu tersedia sepanjang tahun di sini.
- Tazaungdaing
Diadakan setiap bulan November, di festival ini kamu bisa melihat gadis Myanmar berlomba dalam Kontes Menganyam Mathothingan. Mereka menganyam empat jubah kuning dari petang hingga tengah malam yang merupakan representasi empat Buddha yakni Kkakasanda, Konagamana, Kassapa, dan Gotama.
- Thadingyut
Setiap bulan Oktober, festival Thadingyut memperingati kembalinya Budha dari Tawadeintha dengan jalan yang diterangi Devas. Pagoda Shwedagon tampak dipenuhi dengan cahaya ketika festival ini berlangsung.
- Waso
Waso adalah awal dari masa bulan purnama di musim penghujan ketika para biksu diwajibkan berdiam di satu tempat atau kuil. Diadakan setiap bulan Juli, kamu akan bisa menyaksikan ibadah siang dan malam juga persembahan masyarakat kepada kuil, umumnya berupa lilin-lilin tinggi.
- Kasone
Ada setiap April hingga Mei, Kasone adalah nama yang digunakan orang Myanmar untuk menyebut hari Waisak. Kerap dikenal juga sebagai hari Budha, acara ini mengundang ratusan orang dan berbagai kelompok penganut Budha untuk menuangkan air dari mangkuk perak ke sekitar pohon sakral, lengkap dengan puji-pujian dan upacara. Kasone adalah hari ketika Siddharta lahir, memperoleh pencerahan sebagai Budha, dan ketika beliau meninggal.
- Thingyan
Pada bulan April, Myanmar memiliki tahun barunya sendiri yang dirayakan dengan menuang air di banyak tempat. Sementara di Pagoda Shwedagon, diadakan upacara pembersihan patung-patung dan stupa Budha juga persembahan sesaji makanan. Sering juga disebut sebagai Festival Menuang Air.
- Tabaung
Diadakan setiap bulan Februari hingga Maret, festival Tabaung adalah salah satu festival penting yang memperingati hari di mana kedua pedagang dari bukit Singuttara dan Raja Okkalapa menyimpan delapan helai rambut Siddharta Gautama yang dianggap sakral. Di hari ini orang-orang akan berdoa bersama para biksu.
- Shinpyu
Shinpyu adalah festival yang melibatkan warga umum, di mana saat itu anak laki-laki di bawah usia 20 tahun akan dibawa dalam iring-iringan menuju kuil dalam berbagai dekorasi dan pakaian layaknya pangeran, untuk melakukan pelayanannya kepada Budha. Seluruh keluarga, teman, dan kerabat akan mengelilingi pagoda.
Jam Buka Pagoda Shwedagon
- Beroperasi sejak pukul 04.00 – 22.00 setiap harinya
- Namun pada hari Tabaung (sekitar bulan Maret) dan hari Wakhaung (sekitar bulan Juni) Shwedagon buka 24 jam dengan waktu masuk terakhir pada pukul 21.45
Tiket Masuk Pagoda Shwedagon
- Tiket masuk seharga 10.000 Kyat Myanmar untuk turis internasional.
- Sebelumnya Pagoda Shwedagon menerima pembayaran dengan Dolar Amerika namun saat ini tampaknya tidak lagi berlaku.
Akses Menuju Pagoda Shwedagon
- Kebanyakan bus berangkat dari area Sule Pagoda, beberapa di antaranya yang langsung mencapai Pagoda Shwedagon adalah bus nomor 36 dan 46
- Bila dengan bus terasa menyulitkan, cara lebih mudah menuju Pagoda Shwedagon adalah dengan taksi, tarifnya sekitar 2.500 hingga 3.000 Kyat dari pusat kota (bisa lebih mahal jika sedang hujan atau sudah larut).
- Kamu juga bisa berjalan kaki selama 30 menit dari Yangon, yang mungkin tidak akan terasa melelahkan karena ada Pasar Aung San, Monumen Pahlawan, dan taman.
Tips Berkunjung ke Pagoda Shwedagon
- Seperti pada tempat ibadah lainnya, Pagoda Shwedagon mewajibkan pengunjung untuk mengenakan celana panjang atau setidaknya celana atau rok di bawah lutut juga atasan dengan lengan panjang atau hingga siku.
- Sepatu atau alas kaki lainnya tidak diperkenankan di area Pagoda Shwedagon
- Sebaiknya kamu meluangkan waktu setidaknya dua jam untuk menikmati seluruh atraksi di Pagoda Shwedagon.
- Hormatilah relief dan semua yang ada di Pagoda Shwedagon, karena tempat ini adalah salah satu kebanggan Myanmar baik dari segi arsitektur, seni, maupun religius
- Bagi wisatawan dengan kebutuhan khusus, Pagoda Shwedagon menyediakan jalur aksesibel di sisi selatan juga beberapa kursi roda yang bisa dipinjam dengan menghubungi pusat informasi
- Cek tanggal masing-masing festival sebelum kamu berkunjung, karena banyak festival diadakan berdasarkan kemunculan bulan purnama sehingga tidak selalu sama setiap tahunnya.